Friday, October 16, 2009

Sakti Wahyu Trenggono,Presiden Direktur Indonesian Tower


Sakti Wahyu Trenggono,Presiden Direktur Indonesian Tower

Tergerak Membantu Orang Susah karena Pernah Merasa Sakitnya Menjadi Miskin

Kesuksesan mungkin kini telah diraihnya sebagai Presiden Direktur Indonesian Tower. Namun hal tersebut tak membuat dirinya lupa terhadap kaum papa. Terbukti dengan beberapa aktivitas sosial yang saat ini tengah digeluti Sakti Wahyu Trenggono. Meski diakuinya masih terbilang kecil, kepeduliannya justru patut diacungi jempol. Apa saja bentuk kepedulian seorang Sakti Wahyu Trenggono terhadap orang kecil?

Hari itu Jakarta dirundung mendung. Musim hujan telah menyambut penduduk Jakarta di awal tahun 2007 ini. Kendati demikian, langit yang suram bukanlah penggambaran yang tepat terhadap kegiatan seorang eksekutif di salah satu perusahaan swasta ini. Karirnya yang melonjak setelah membangun perusahaan sendiri, memang telah diraihnya. Kini, ia tengah menikmati hasil kerja kerasnya sejak kali pertama meniti karir. Jabatan Presiden Direktur pun dijabatnya di Indonesian Tower, perusahaan yang dibangunnya dari bawah.

Waktu menunjukkan pukul 14.45 WIB. Sosok pria berkumis itu pun keluar dari salah satu ruangan kantor yang terletak di bilangan Thamrin, Jakarta. Dialah Sakti Wahyu Trenggono, orang nomor satu di perusahaan Indonesian Tower. Dengan hanya memakai kemeja putih berlengan pendek, ia menyambut kedatangan Realita yang kala itu hendak berbincang-bincang mengenai kegiatan sosialnya. Trenggono-panggilan akrabnya, memang tampak sederhana dengan pakaian yang dikenakannya. Bahkan orang tak akan mengira bahwa dirinya adalah seorang Presiden Direktur di salah satu perusahaan yang kini tengah merangkak naik.

Kendati demikian, Trenggono justru sangat dihormati oleh rekan-rekan kerjanya karena penampilannya yang sangat sederhana. Dengan senyum tersungging di wajahnya, ia mempersilahkan Realita untuk memasuki ruang kerjanya. Sembari mengepit rokok di jari tangan kanannya, ia menyapa Realita dengan ramah. Di dalam ruangan kerjanya itulah, Trenggono menceritakan beberapa kegiatan sosial yang kini ditekuninya.

Dimulai dari Keluarga. Trenggono mengaku bahwa aktivitas sosial yang kini tengah dijalaninya merupakan lanjutan dari apa yang ia berikan terhadap keluarga besarnya. “Keluarga saya berasal dari kalangan kurang mampu,” aku Trenggono merendah. Itu sebabnya, ia selalu membantu sanak keluarganya yang masih membutuhkan. “Saya selalu mulai dari keluarga sendiri,” imbuhnya.

Diakui Trenggono, keluarga itu bukanlah anggota keluarganya saja, melainkan anggota keluarga besar lainnya yang masih memiliki keturunan darah yang sama. Baik saudara dekat maupun saudara jauh. Selain itu, teman-teman Trenggono ketika di masa kanak-kanaknya dan sekarang masih bernasib kurang beruntung, juga turut dibantu oleh Trenggono. “Kita rekrut beberapa teman yang kurang beruntung untuk diberdayakan di perusahaan ini,” aku pengidola Bill Gates ini.

Meski begitu, tidak semua teman masa kecilnya direkrut dan dijadikan karyawan Indonesian Tower. Hanya orang yang menurutnya capable-lah yang akan direkrut Trenggono. Sedangkan bagi orang yang belum diterima di lingkungan perusahaan, Trenggono akan membantunya dengan cara berbeda. “Saya akan membantu mereka dari kantong pribadi,” ujar Trenggono.

Namun, jika orang-orang tersebut memiliki bakat dalam berdagang, Trenggono akan membantu dengan cara memberikan modal awal. Sehingga, mereka masih akan tetap mendapatkan pekerjaan meski bukan di dalam lingkungan Indonesian Tower. Tak hanya itu, dari sisi keagamaan, Trenggono juga kerap menyumbangkan sebagian lembaran rupiahnya untuk membantu orang-orang kurang mampu. Beberapa momen yang biasa menjadi ladang amal Trenggono, di antaranya adalah khitanan massal, pembangunan masjid, dan beberapa kegiatan yang melibatkan anak yatim piatu.

Beternak Sekaligus Beramal. Belum cukup sampai di situ, Trenggono juga getol memberikan dana sebagai modal bagi pengusaha kecil di daerah yang masih terbelakang. Salah satu daerahnya adalah desa di mana ia dibesarkan. “Di dekat desa tempat saya dibesarkan, saya juga berusaha membantu meningkatkan kesejahteraan penduduknya,” aku Trenggono yang mengaku selalu menyisihkan minimal Rp 10 juta per bulan untuk menyumbang.

Caranya adalah dengan memberikan sejumlah uang untuk para penduduk yang sebagian besar berprofesi sebagai peternak sapi. Cara tersebut dinilai cocok dengan kondisi desa di mana penduduk sudah terbiasa beternak. Sapi yang pada awalnya berjumlah hanya dua ekor, kini telah mencapai ratusan ekor. Semunya berkat kerja keras penduduknya. Alhasil, taraf kehidupan masyarakat desa di daerah Kedung Ombo tersebut dapat meningkat secara bertahap seiring dengan bertambahnya jumlah sapi yang dipelihara.

Trenggono tidak serta merta hanya langsung memberikan sejumlah dana untuk modal dan lepas tangan begitu saja. Ia justru menganut sistem bagi hasil atau nggadoh dalam Bahasa Jawa untuk bagi hasil. Hal ini dilakukan agar peternakan sapi itu dapat berkembang dari waktu ke waktu. “Saya memberikan sapi, nanti hasilnya dibagi dua,” ungkap Trenggono.

Seiring dengan berjalannya waktu, anak-anak sapi pun terlahir. Sehingga jumlah sapi yang dipelihara semakin banyak. “Seharusnya anak sapi yang lahir itu milik saya dan si peternak. Tapi anak sapi itu saya hargai dengan harga sapi dewasa,” tutur ayah dari dua anak ini. Jadi, Trenggono membayar kepada peternak yang merawat sapi tersebut setengah dari harga sapi dewasa. “Saya memberikan Rp 3 juta untuk setiap anak sapi kepada para peternaknya,” tambahnya.

Selain itu, pada di tahun ketiga, sapi yang telah berumur tua diberikan kepada peternak. Dari tahun ke tahun, jumlah sapi tersebut bertambah jumlahnya. Bahkan Trenggono sempat memiliki 400 ekor sapi. Menurutnya, jika bisnis sapi tersebut dapat dikelola dengan baik, maka akan lebih banyak meraup untung, yang pada akhirnya akan membangkitkan ekonomi daerah Kedung Ombo.

Trenggono sendiri menghabiskan uang sekitar Rp 250 juta sebagai modal awal untuk membeli sapi bagi para peternak. Kendati begitu, sapi-sapi yang dipelihara tidak langsung diberikan dengan jumlah yang banyak, melainkan secara bertahap kepada sejumlah peternak yang memang serius mengajukan diri dan berkeinginan untuk mengembangkan ekonominya masing-masing.

Tantangan untuk Memberi. Pembangunan Masjid di beberapa kampung di daerah Kedung Ombo, Jawa Tengah juga menjadi ladang amal bagi dirinya. Pembangunan Masjid di daerah Bekasi pun tak luput dari sasaran aliran dana dari kocek pribadi Trenggono. Aliran dana yang mengalir ke setiap ladang amal Trenggono memang diakui Trenggono masih terbilang cukup kecil. “Ya, kalau dihitung-hitung dan dijumlahkan, bisa mencapai miliaran rupiah,” ujar salah seorang peraih penghargaan Entrepreuner of The Year 2005 versi Ernst & Young ini.

Bagi Trenggono, membantu kaum yang kurang mampu merupakan suatu tantangan untuk dapat meringankan beban mereka. “Bagi saya, tantangannya adalah bagaimana saya bisa membantu seseorang yang sangat sulit dari sisi ekonomi,” ungkap pria yang memiliki hobi bermain golf ini. Kendati demikian, orang yang akan dibantunya haruslah yang memiliki keinginan untuk maju dan mengembangkan dirinya sendiri.

Trenggono sendiri akan membantu orang yang kurang mampu untuk dapat mengembangkan dirinya sendiri dan meningkatkan taraf hidupnya asalkan orang yang dibantu tersebut juga memiliki keinginan yang tinggi. Jika orang tersebut dapat keluar dari kemiskinan, maka tantangan yang dihadapi oleh Trenggono dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, Trenggono berharap kepada para pengusaha muda, agar mereka tak hanya melulu mengejar materi. “Hidup itu sangat sebentar sekali,” ujarnya berfilosofi.

Didikan Sang Nenek. Jiwa sosial yang kini dimiliki oleh Trenggono tak dinyana berasal dari didikan sang Nenek. “Waktu kecil saya diasuh oleh nenek,” kenang putra pensiunan kopral TNI AD ini. Sejak kecil, Trenggono memang diasuh oleh sang nenek hingga ia menyelesaikan sekolah dasarnya. Pada saat itulah, sang nenek mengajarkan bagaimana menghadapi hidup. Dari sang nenek pulalah, Trenggono mendapatkan pelajaran berharga untuk lebih banyak berbagi terhadap sesama.

Semangat yang tinggi juga didapatkan dari sang nenek, sehingga ia dapat menyelesaikan studinya. Lulus dari Program Manajemen Informatika Universitas Bina Nusantara, ia kemudian melanjutkan sutdinya ke Institut Teknologi Bandung. Di masa-masa studinya itulah, Trenggono merasakan cobaan yang cukup besar, karena dengan latar belakang keluarga yang pas-pasan, ia ternyata mampu menyelesaikan studinya.

Selepas studinya, Trenggono kemudian meniti karir di dunia kerja yang sesungguhnya. Ia sempat berkarir di Perusahaan Astra Federal Motor, dan mencapai jabatan Manager Corporate Strategy. Ia kemudian memutuskan untuk keluar dari Astra, dan memilih bergabung dengan Inkud, sebagai Direktur Perencanaan dan Pengembangan Inkud. Selang beberapa tahun kemudian, Trenggono memulai karirnya sebagai eksekutif sekaligus seorang enterpreneur dengan mendirikan Indonesian Tower pada tahun 2000.

Di industri baru itulah, Trenggono mencapai titik kesuksesan sebagai seorang enterpreneur dengan membawa perusahaan yang mendirikan menara tersebut ke arah perusahaan mapan. Itulah yang juga menjadi suatu tantangan di dalam karirnya, tantangan yang akan berlipat ganda ketika Trenggono memutuskan untuk memberi dan berbagi terhadap sesama. Karena, memberi dan berbagi terhadap sesama adalah sebuah tantangan. Fajar

Side Bar 1

Pernah Belikan Becak untuk Tukang Becak


Jiwa sosial yang ada di dalam diri Trenggono ternyata tak hanya tergambar jelas dari setiap kegiatan yang dilakukan terhadap sanak keluarga, teman main atau pun para peternak sapi di Kedung Ombo, Jawa Tengah. Kepedulian sosialnya sempat terlihat dari perilaku insidentil yang ia lakukan. Salah satu contohnya adalah kejadian yang pernah ia alami di daerah Bekasi. “Saya pernah tanpa sengaja membeli rokok di warung kecil di daerah Bekasi dan bertemu dengan tukang becak,” tutur Trenggono dengan antusiasnya.

Pertemuan Trenggono dengan sang tukang becak itu ternyata bukan merupakan pertemuan tanpa makna. Tukang becak tersebut kemudian menceritakan bagaimana ia harus bekerja setiap harinya dan wajib memberikan setoran kepada si empunya becak. Sedangkan ia juga harus memberikan biaya hidup bagi istri dan beberapa anaknya yang tinggal di daerah Babelan, Bekasi Utara. Sang tukang becak harus menyetor uang hasil mengayuh becaknya sebulan sekali. “Dia paling besar bawa uangnya Rp 30 ribu setiap bulan,” aku Trenggono yang lupa mengingat nama si tukang becak tersebut.

Karena ketidakmampuan sang tukang becak untuk membeli becak, ia pun harus membawa uang pas-pasan untuk menghidupi keluarganya. Melihat kondisi tukang becak yang harus bekerja keras mengayuh pedal becaknya demi mendapatkan penghasilan yang tidak seberapa, Trenggono pun tersentuh hatinya. Tanpa berpikir panjang, Trenggono kemudian membelikan satu unit becak seharga Rp 400 ribu untuk tukang becak tersebut.

Alangkah senangnya tukang becak ketika menerima becak pembelian Trenggono. Karena dengan begitu, ia tidak harus menyetorkan sejumlah uang untuk biaya penyewaan becak. “Sekarang dia bisa menggunakan semua uang hasil tarikannya untuk istri dan anak-anaknya,” ungkap pria yang lahir 44 tahun silam ini.

Meski diakui Trenggono, kejadian tersebut masih terbilang cukup kecil, ia justru merasakan kepuasan tersendiri di saat membantu orang-orang yang membutuhkan. Fajar


Side Bar 3

Saya sedih melihat orang miskin”

Selain memiliki jiwa sosial dalam dirinya, ternyata Trenggono memiliki latar belakang tersendiri untuk melakukan aktivitas sosial. Latar belakang keluarganya yang berasal dari keluarga pas-pasan membuatnya sempat merasakan bagaimana menjadi orang kurang mampu. “Miskin itu nggak enak,” ujarnya sembari tertawa.

Karena pernah merasakan kondisi serba kekurangan itulah, kini Trenggono berusaha membantu sesama. Dengan sukses yang diraihnya saat ini, Trenggono berusaha untuk mensyukurinya dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk kaum papa. “Saya sedih melihat orang miskin, karena saya terlahir dari orang miskin,” tutur pria yang pernah berkarir di Inkud (Induk Koperasi Unit Desa) ini.

Bahkan, Trenggono mengaku bahwa ia seringkali memakan nasi jagung sebagai makanan sehari-hari. “Saat masih di bangku SD, saya sering makan nasi jagung sebagai makanan sehari-hari,” ungkap Trenggono. Fajar


Side Bar 2

Berencana Membangun Yayasan Sosial


Saat ini, Indonesian Tower memang belum memiliki yayasan sosial sebagai salah satu bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) dari perusahaan. Trenggono mengaku bahwa itu merupakan suatu kekurangan yang ada pada perusahaannya. Sehingga ia berencana untuk membangun sebuah yayasan yang berada di bawah bendera Indonesian Tower. Yayasan tersebut akan dipergunakan untuk mengakomodir kegiatan social, baik dari perusahaan maupun dari setiap karyawan Indonesian Tower.

Selain itu, yayasan tersebut rencananya juga akan membantu setiap kesulitan yang dialami oleh karyawannya, sehingga aktivitas sosial dari masing-masing karyawannya dapat ditampung dalam satu wadah, yakni yayasan. “Rencananya pada saat perusahaan berada di angka tertentu, kita akan menyisihkan sejumlah pendapatan untuk digunakan membiayai kegiatan sosial,” tutur Trenggono.

Bagi Trenggono, apa pun yang dilakukan dalam bisnisnya, terdapat suatu tanggungjawab kepada sesama supaya kaum yang kurang beruntung bisa mendapatkan peningkatan taraf hidupnya. Meski rencana untuk membangun yayasan belum terealisir saat ini, Indonesian Tower sebagai perusahaan yang berbisnis mendirikan menara pemancar, juga melakukan tanggungjawab sosial dari setiap pembangunan menara pemancar tersebut.

Kita juga membangun membangun Masjid di daerah sekitar menara yang kita dirikan,” ungkap Trenggono. Setiap sisi tempat berdirinya tower, pihak perusahaan mengeluarkan Rp 500 ribu per bulan untuk disalurkan dalam bentuk kegiatan sosial di lingkungan sekitar site.

Indonesian Tower sendiri memiliki standar kualitas dalam mendirikan tower di daerah. Tak heran, ketika gempa melanda Yogya dan sekitarnya, tower-tower milik Trenggono masih tetap kokoh berdiri. Fajar

7 comments:

SLAMET RIYADI said...

subhanallah samgat menginspirasi. selamat dan terus berjuang pak trenggono...

H S P Travel said...

saya berharap bisa bertemu dengan pak SWT.. saya di hikmah tour travels. saya dengan informasi ada 30 KK yang diberangkatkan pak wahyu dengan haji khusus. mhn infonya mas.. fr, slamet ruyadi: bb HSP : 261b5ae9/ 0818517931. makasih

S.W. said...

To : SIFM~SWT
From : SIFM~SW

--------------------------------

Dh.
Tolong sampaikan Pak Trenggono (SIFM~SWT), salam saya (SIFM~SW).

Sebetulnya saya ingin menanyakan nomor teleponnya, sudah lebih sepuluh tahun rasanya tidak berjumpa dengan Pak Trenggono.

Kalau berkenan mohon sampaikan ke beliau untuk kunjungi lapak saya di :

--------------------
www.kompasiana.com/suhindrowibisono
--------------------

Semoga Pak Trenggono banyak Mendapatkan kebahagiaan Dalam Hidup Ini

Wassallam,

Hendro

S.W. said...

To : SIFM~SWT
From : SIFM~SW

--------------------------------

Dh.
Tolong sampaikan Pak Trenggono (SIFM~SWT), salam saya (SIFM~SW).

Sebetulnya saya ingin menanyakan nomor teleponnya, sudah lebih sepuluh tahun rasanya tidak berjumpa dengan Pak Trenggono.

Kalau berkenan mohon sampaikan ke beliau untuk kunjungi lapak saya di :

--------------------
www.kompasiana.com/suhindrowibisono
--------------------

Semoga Pak Trenggono banyak Mendapatkan kebahagiaan Dalam Hidup Ini

Wassallam,

Hendro

Unknown said...

Salam kenal,


Nama saya Kuswoyo, saya ada keperluan bisnis tower dengan pak Trenggono.
Bagi saudara-saudara yang memiliki contact number nya. Saya mohon pencerahannya...boleh di kirim langsung ke nomor contact saya juga...085767938009.

Unknown said...

Senang andai bisa mengenal , salam smager semarang
Selamat pagi Pak

Sakti Wahyu Trenggono

Nama saya teguh raharjo
Senang saya membaca blog bapak yang mengisahkan kepedulian kepada orang di sekitar yang miskin dan sakit khususnya , saya mendengar juga mengenai bapak dari pak sudiro yang alumni smager semarang , kepedulian bapak pada guru yang sakit sungguh mengena di hati smua , smoga apa yang bapak lakukan bisa menjadi contoh bagi kita smua , kiranya rejeki , kesehatan dan kedamaian melimpah di keluarga bapak , matur nuwun

Unknown said...

Orang Yang sangat percayadiri, sehingga bisa nencapai semua keinginannya ( beliau pernah punya keinginan menyekolahkan anaknya keluar negri )